People born alone,
Die alone,
Waiting for new reborn...
Walk on the straigh side,
Think I was on the right line,
People know how to wisely wise,
But still stay tight on the silly face...
Write a story,
Begun to play,
Trying to replay...
Copernicus bilang kalau bumi
hanya sebagian kecil benda di luar angkasa yang berputar mengelilingi matahari,
matahari tak pernah mati, seperti ilusi terbenamnya matahari sebelum malam
datang. Malam hanya perantara dan pembukti jika ternyata bumi berputar,
berputar sembari mengelilingi matahari. Semua manusia hanyut dalam ingatan dari
para pembual yang mengatakan jika matahari telah terbenam maka saatnya
merebahkan raga menunggu matahari kembali datang, padahal matahari tak pernah
pergi, manusia dan bumi tak pernah lepas dari pandangan matahari, matahari sang
penguasa waktu. Cahaya buram dari bulan contohnya, matahari hanya berpura pura
memantulkan cahayanya lewat bulan, dia melihat lewat pandangan lain yakni lewat
keburaman cahaya bulan pada malam hari, apa manusia awas dan selalu bergerak,
tak menghabiskan waktu yang telah dikuasai oleh matahari sejak jutaan tahun
yang lalu dengan berleha leha dan tak melakukan sesuatu.
Musa pun datang ke atas
puncak gunung Sinai sembari mengacungkan kedua tangannya keatas langit, meminta
agar Tuhan menunjukkan wujudNya pada Musa, namun hanya cahaya saja yang nampak
lantas Musa pun kehilangan kesadaran. Cahaya, ya cahaya dari matahari! Apa
Tuhan itu matahari?
Maka mulailah perandaiaan
angan menuju 10.000 tahun yang lalu di daratan dekat Laut Merah, Mesir. Pada
zaman ketika para raja atau penguasa manusia masih bernama Firaun, Firaun di
ibaratkan keturunan dari Tuhan, makanya setiap manusia pada zaman itu rela
untuk menjadi budak, dicambuk untuk bekerja, bekerja dan hanya bekerja yang
mereka lakukan, lihatlah hasilnya bahkan hingga sekarang hasilnya masih bisa
nampak jelas di mata manusia, hamparan piramid. Sedangkan Firaun sendiri masih
mempunyai Tuhan yang telah mereka percayai sejak keturunan Firaun pertama, entahlah,
sejarah pun mengalah untuk mengetahui secara jelas kapan Firaun pertama ada.
Tuhan dari paham Animisme atau kepercayaan leluhur dari Firaun konon bercerita
bahwa dahulu kala Dewa Matahari turun ke bumi dan mengubah dirinya menjadi
manusia bernama Ra. Singkat cerita Ra mempersunting satu satunya wanita pada
masa itu, entah dari mana datangnya, ada yang bilang kalau ada begitu saja
sebagai wanita pertama di dunia, ada yang bilang kalau datangnya dari mata air
sungai nil, ada pula yang mengarang mengatakan kalau datangnya dari salah satu
bintang dari atas langit, wanita itu Isis. Hasil dari perkawinan mereka adalah
Horus atau yang sering kita dengar dengan sebutan Hours atau jam atau waktu.
Waktu?
Matahari, kepercayaan
leluhur, dan waktu. Dari jaman purba di daratan Eufrat dan Tigris pun sama
halnya, mereka menerka waktu, menghitung waktu, hingga di jaman ketika Romawi
sebagai penguasa ilmu pengetahuan dan penguasa daratan, di buatlah kalender
yang hingga sekarang kita pakai. Semuanya dimulai dari lahirnya matahari baru
setelah bulan desember, waktu dimana bumi mengelilingi matahari tuntas satu
kali putaran, 365 hari, 12 bulan. Matahari terlahir kembali? Reinkarnasi?
Lantas dimana manusia
perginya setelah kematian? Jika matahari ternyata terbit kembali setelah malam
berganti pagi, jika matahari kembali hadir dan menstabilkan suhu bumi hingga
musim pun lahir setelah 365 hari, jika ternyata matahari adalah penguasa waktu,
dan bagaimana jika ternyata matahari itu adalah jelmaan Tuhan?
15.000 tahun yang lalu datanglah
dua manusia pertama yang mempercayai keberadaan Tuhan, masa ketika setiap orang
menyembah pada apa yang disepakati untuk di anggap agung, seperti pohon
raksasa, gunung, api, dan lain sebagainya. Dialah Adam dan Hawa, dimana lewat
keturunan mereka lahirlah agama agama yang beda masa maka berbeda pula cara dan
hukum hukumnya. Noah atau Nuh yang membawa kitab Zabur dan entah apa nama
agamanya, Musa atau Moses dengan Yahudi, Isa atau Yesus dengan Kristen, dan
Muhammad dengan Islam. Semuanya berbeda dalam berbagai macam hal mengenai
peribadatan, hukum-hukum, aturan, nama untuk Tuhan dan lain sebagainya, namun
tetap saja satu artian dan tujuan mereka kepada Tuhan, semuanya pada takluk
pada Tuhan, semuanya tidak bisa menjabarkan atau mencitrakan Tuhan, semuanya
sama menganggap bahwa Tuhan adalah pencipta alam semesta beserta seluruh
isinya. Menurut tiap agama ini, bahwa setelah kematian manusia, maka roh
manusia itu akan menuju ke surga, apa itu surga? Apakah surga itu adalah tempat
dimana manusia di lahirkan kembali dan melanjutkan kehidupan? Atau karena surga
itu adalah tempat bersemayam Tuhan? Dimana disana nanti manusia bisa
berinteraksi dengan Tuhan, namun sia-sia saja karena tiap agama tersebut diatas
tidak mengatakan seperti itu, disana Tuhan pun masih berperan sama seperti
ketika di bumi, Tuhan sebagai tempat meminta.
Sekitar 15.000 tahun yang
lalu di India sudah ada kepercayaan mengenai Hindu, dimana Tuhan mereka di buat
menyerupai patung yang dikenal sebagai Arca. 5000 tahun sebelum masehi di
Yunani pun sudah ada kepercayaan yang mencitrakan Tuhan mereka pun dari patung
yang menyerupai manusia namun tanpa pakaian, kepercayaan Pagan. Ribuan tahun
sebelum Colombus menemukan benua Amerika pun suku Indian sudah memiliki
kepercaya bagaimana dan apa Tuhan mereka, cara peribadatan, dan lain
sebagainya. Buddha, Confusius, Zoroteism, dan berbagai macam agama lainnya di
dunia ini pun memiliki aturan, hukum-hukum menurut ajaran mereka. Namun satu
satunya yang dengan lugas mengatakan bahwa setelah kematian manusia maka akan
dilahirkan kembali menjadi bayi untuk menyempurnakan kehidupan sebelumnya,
yakni Buddha. Tapi Buddha tidak memiliki Tuhan seperti agama dari Adam dan Hawa
atau seperti Tuhan yang lain dari ajaran yang lain, apa ajaran mereka bisa
dikatakan sebagai agama jika tidak memiliki Tuhan? Lantas di mana letak Tuhan
di ajaran mereka? Apa mungkin mereka menganggap bahwa setiap manusia yang telah
menunaikan kesempurnaan hidup di dunia, menunaikan kebajikan tanpa henti pada
tiap manusia dan pada alam, setelah kematian dan dilahirkan kembali lewat
renkarnasi, hingga nantinya mereka menuju ke Nirwana maka mereka akan menjadi
Tuhan? Saya tidak tahu, dan saya rasa mereka pun tidak menganggap seperti itu.
Ada kematian maka ada
kelahiran, apa karena ada kelahiran lantas ada kematian? Apa pun itu, matahari
takkan pernah mati, manusia dan ilmu juga takkan pernah mati, tak ada sesuatu
yang baru di dunia ini, sama seperti malam berganti siang, ilmu hanya berlanjut
dan berkembang tak jauh berbeda dari metamorfosis dari kupu kupu; dari telur
menjadi larva, larva menjadi kepompong yang mirip dengan telur, lantas lahirlah
kupu kupu.
Cerita ini hanya sepenggal
cerita dari abad ini, satu dari jutaan orang yang coba bercerita tentang
manusia; kematian, kelahiran, dan reinkarnasi. Reinkarnasi dalam artian dua
orang menjadi satu, ada ibu dan ayah dalam satu bayi, begitu seterusnya. Ada
diri anda pada keturunan anda, walau anda sudah mati. Surga kemungkinan seperti
janin dalam kandungan, tak dapat diprediksi secara mutlak, kematian dan
kelahiran ada disana tanpa ada satu pun yang bisa memastikannya.
Lantas apa itu kepastian?
Sebelah
Barat Yogyakarta, 26 Juni 2012, 17:46