Friday, July 06, 2012

Life, Death & Reincarnations



People born alone,
Die alone,
Waiting for new reborn...
Walk on the straigh side,
Think I was on the right line,
People know how to wisely wise,
But still stay tight on the silly face...
Write a story,
Begun to play,
Trying to replay...

Copernicus bilang kalau bumi hanya sebagian kecil benda di luar angkasa yang berputar mengelilingi matahari, matahari tak pernah mati, seperti ilusi terbenamnya matahari sebelum malam datang. Malam hanya perantara dan pembukti jika ternyata bumi berputar, berputar sembari mengelilingi matahari. Semua manusia hanyut dalam ingatan dari para pembual yang mengatakan jika matahari telah terbenam maka saatnya merebahkan raga menunggu matahari kembali datang, padahal matahari tak pernah pergi, manusia dan bumi tak pernah lepas dari pandangan matahari, matahari sang penguasa waktu. Cahaya buram dari bulan contohnya, matahari hanya berpura pura memantulkan cahayanya lewat bulan, dia melihat lewat pandangan lain yakni lewat keburaman cahaya bulan pada malam hari, apa manusia awas dan selalu bergerak, tak menghabiskan waktu yang telah dikuasai oleh matahari sejak jutaan tahun yang lalu dengan berleha leha dan tak melakukan sesuatu.
Musa pun datang ke atas puncak gunung Sinai sembari mengacungkan kedua tangannya keatas langit, meminta agar Tuhan menunjukkan wujudNya pada Musa, namun hanya cahaya saja yang nampak lantas Musa pun kehilangan kesadaran. Cahaya, ya cahaya dari matahari! Apa Tuhan itu matahari?
Maka mulailah perandaiaan angan menuju 10.000 tahun yang lalu di daratan dekat Laut Merah, Mesir. Pada zaman ketika para raja atau penguasa manusia masih bernama Firaun, Firaun di ibaratkan keturunan dari Tuhan, makanya setiap manusia pada zaman itu rela untuk menjadi budak, dicambuk untuk bekerja, bekerja dan hanya bekerja yang mereka lakukan, lihatlah hasilnya bahkan hingga sekarang hasilnya masih bisa nampak jelas di mata manusia, hamparan piramid. Sedangkan Firaun sendiri masih mempunyai Tuhan yang telah mereka percayai sejak keturunan Firaun pertama, entahlah, sejarah pun mengalah untuk mengetahui secara jelas kapan Firaun pertama ada. Tuhan dari paham Animisme atau kepercayaan leluhur dari Firaun konon bercerita bahwa dahulu kala Dewa Matahari turun ke bumi dan mengubah dirinya menjadi manusia bernama Ra. Singkat cerita Ra mempersunting satu satunya wanita pada masa itu, entah dari mana datangnya, ada yang bilang kalau ada begitu saja sebagai wanita pertama di dunia, ada yang bilang kalau datangnya dari mata air sungai nil, ada pula yang mengarang mengatakan kalau datangnya dari salah satu bintang dari atas langit, wanita itu Isis. Hasil dari perkawinan mereka adalah Horus atau yang sering kita dengar dengan sebutan Hours atau jam atau waktu. Waktu?
Matahari, kepercayaan leluhur, dan waktu. Dari jaman purba di daratan Eufrat dan Tigris pun sama halnya, mereka menerka waktu, menghitung waktu, hingga di jaman ketika Romawi sebagai penguasa ilmu pengetahuan dan penguasa daratan, di buatlah kalender yang hingga sekarang kita pakai. Semuanya dimulai dari lahirnya matahari baru setelah bulan desember, waktu dimana bumi mengelilingi matahari tuntas satu kali putaran, 365 hari, 12 bulan. Matahari terlahir kembali? Reinkarnasi?
Lantas dimana manusia perginya setelah kematian? Jika matahari ternyata terbit kembali setelah malam berganti pagi, jika matahari kembali hadir dan menstabilkan suhu bumi hingga musim pun lahir setelah 365 hari, jika ternyata matahari adalah penguasa waktu, dan bagaimana jika ternyata matahari itu adalah jelmaan Tuhan?
15.000 tahun yang lalu datanglah dua manusia pertama yang mempercayai keberadaan Tuhan, masa ketika setiap orang menyembah pada apa yang disepakati untuk di anggap agung, seperti pohon raksasa, gunung, api, dan lain sebagainya. Dialah Adam dan Hawa, dimana lewat keturunan mereka lahirlah agama agama yang beda masa maka berbeda pula cara dan hukum hukumnya. Noah atau Nuh yang membawa kitab Zabur dan entah apa nama agamanya, Musa atau Moses dengan Yahudi, Isa atau Yesus dengan Kristen, dan Muhammad dengan Islam. Semuanya berbeda dalam berbagai macam hal mengenai peribadatan, hukum-hukum, aturan, nama untuk Tuhan dan lain sebagainya, namun tetap saja satu artian dan tujuan mereka kepada Tuhan, semuanya pada takluk pada Tuhan, semuanya tidak bisa menjabarkan atau mencitrakan Tuhan, semuanya sama menganggap bahwa Tuhan adalah pencipta alam semesta beserta seluruh isinya. Menurut tiap agama ini, bahwa setelah kematian manusia, maka roh manusia itu akan menuju ke surga, apa itu surga? Apakah surga itu adalah tempat dimana manusia di lahirkan kembali dan melanjutkan kehidupan? Atau karena surga itu adalah tempat bersemayam Tuhan? Dimana disana nanti manusia bisa berinteraksi dengan Tuhan, namun sia-sia saja karena tiap agama tersebut diatas tidak mengatakan seperti itu, disana Tuhan pun masih berperan sama seperti ketika di bumi, Tuhan sebagai tempat meminta.
Sekitar 15.000 tahun yang lalu di India sudah ada kepercayaan mengenai Hindu, dimana Tuhan mereka di buat menyerupai patung yang dikenal sebagai Arca. 5000 tahun sebelum masehi di Yunani pun sudah ada kepercayaan yang mencitrakan Tuhan mereka pun dari patung yang menyerupai manusia namun tanpa pakaian, kepercayaan Pagan. Ribuan tahun sebelum Colombus menemukan benua Amerika pun suku Indian sudah memiliki kepercaya bagaimana dan apa Tuhan mereka, cara peribadatan, dan lain sebagainya. Buddha, Confusius, Zoroteism, dan berbagai macam agama lainnya di dunia ini pun memiliki aturan, hukum-hukum menurut ajaran mereka. Namun satu satunya yang dengan lugas mengatakan bahwa setelah kematian manusia maka akan dilahirkan kembali menjadi bayi untuk menyempurnakan kehidupan sebelumnya, yakni Buddha. Tapi Buddha tidak memiliki Tuhan seperti agama dari Adam dan Hawa atau seperti Tuhan yang lain dari ajaran yang lain, apa ajaran mereka bisa dikatakan sebagai agama jika tidak memiliki Tuhan? Lantas di mana letak Tuhan di ajaran mereka? Apa mungkin mereka menganggap bahwa setiap manusia yang telah menunaikan kesempurnaan hidup di dunia, menunaikan kebajikan tanpa henti pada tiap manusia dan pada alam, setelah kematian dan dilahirkan kembali lewat renkarnasi, hingga nantinya mereka menuju ke Nirwana maka mereka akan menjadi Tuhan? Saya tidak tahu, dan saya rasa mereka pun tidak menganggap seperti itu.
Ada kematian maka ada kelahiran, apa karena ada kelahiran lantas ada kematian? Apa pun itu, matahari takkan pernah mati, manusia dan ilmu juga takkan pernah mati, tak ada sesuatu yang baru di dunia ini, sama seperti malam berganti siang, ilmu hanya berlanjut dan berkembang tak jauh berbeda dari metamorfosis dari kupu kupu; dari telur menjadi larva, larva menjadi kepompong yang mirip dengan telur, lantas lahirlah kupu kupu.
Cerita ini hanya sepenggal cerita dari abad ini, satu dari jutaan orang yang coba bercerita tentang manusia; kematian, kelahiran, dan reinkarnasi. Reinkarnasi dalam artian dua orang menjadi satu, ada ibu dan ayah dalam satu bayi, begitu seterusnya. Ada diri anda pada keturunan anda, walau anda sudah mati. Surga kemungkinan seperti janin dalam kandungan, tak dapat diprediksi secara mutlak, kematian dan kelahiran ada disana tanpa ada satu pun yang bisa memastikannya.
Lantas apa itu kepastian?

Sebelah Barat Yogyakarta, 26 Juni 2012, 17:46

No comments: