Tuesday, December 31, 2013

Thank You Charlie Caplin


These above is Charlie Caplin quotes, he is my best inspiration.

“As I began to love myself I found that anguish and emotional suffering are only warning signs that I was living against my own truth. Today, I know, this is “AUTHENTICITY”.

As I began to love myself I understood how much it can offend somebody if I try to force my desires on this person, even though I knew the time was not right and the person was not ready for it, and even though this person was me. Today I call it “RESPECT”.

As I began to love myself I stopped craving for a different life, and I could see that everything that surrounded me was inviting me to grow. Today I call it “MATURITY”.

As I began to love myself I understood that at any circumstance, I am in the right place at the right time, and everything happens at the exactly right moment. So I could be calm. Today I call it “SELF-CONFIDENCE”.

As I began to love myself I quit stealing my own time, and I stopped designing huge projects for the future. Today, I only do what brings me joy and happiness, things I love to do and that make my heart cheer, and I do them in my own way and in my own rhythm. Today I call it “SIMPLICITY”.

As I began to love myself I freed myself of anything that is no good for my health – food, people, things, situations, and everything that drew me down and away from myself. At first I called this attitude a healthy egoism. Today I know it is “LOVE OF ONESELF”.

As I began to love myself I quit trying to always be right, and ever since I was wrong less of the time. Today I discovered that is “MODESTY”.

As I began to love myself I refused to go on living in the past and worrying about the future. Now, I only live for the moment, where everything is happening. Today I live each day, day by day, and I call it “FULFILLMENT”.

As I began to love myself I recognized that my mind can disturb me and it can make me sick. But as I connected it to my heart, my mind became a valuable ally. Today I call this connection “WISDOM OF THE HEART”.

We no longer need to fear arguments, confrontations or any kind of problems with ourselves or others. Even stars collide, and out of their crashing new worlds are born. Today I know “THAT IS LIFE”!”

Charles Chaplin Quotes

Friday, December 27, 2013

Akali

Kian berkelut, merajut benang kusut menjadi rayu.
Beri, beri saja semua itu rindu, biar hilang semu meragu.
Mengurai ucapan, dililit sedikit makna, disajikan hangat beserta cemilan pura-pura, pura-pura karna ada mau, mau yang banyak sekali, banyak sekali dan hanya dia yang mengerti.
Minta tanpa berucap, dia pikir semua pikiran mampu membaca tanda, tanda kalau binar mata sendu atau gembira, siapa yang tahu.
Aku bangun berlari, aku tidur sembari sayap kukepakkan, disini aku tinggal cuma sebentar, mungkin nanti kembali, mungkin nanti takkan lagi mendongeng disini, tapi harap selalu ingin yang lain, yang lain yang lebih, tidak, bukan itu yang kucari...

Jogja, 27 Desember 2013, 00:01

Monday, December 23, 2013

Kosong

Membuka laci, pikiran-pikiran aneh itu berhamburan, berserakan, bukan kata, bukan angka, bukan nama, bukan tempat, nyata bukan apa-apa...

Kosong, angin bersiul, nyaring, kosong, tak bermakna, kosong, hilang dan terlupa, kosong, dalam sunyi mereka tertawa, nyaring, gelap dan menghilang...

Butir perbutir, asap bergumul, cairan dan sendawa, tertawa lagi, diam, kosong, hilang dan pura-pura lupa...

Cerita di gelar, lawak, cinta, harapan, kasih sayang, kedamaian, bohong, semua bohong, dimanipulasi, dirubah dan digubah, ditambah dikurangi, bukan yang ada, katanya biar tampak bernarasi, ada alur dan rima, ah mau jadi pujangga rupanya...

Biru, merah, hitam, hijau, kuning, coklat, ada disana, bersembunyi di terang matahari kala hujan turun, mereka menunggu, bukan, disuruh menunggu, agar nanti terlupa dan pura-pura menghilang...

Jogja, 23 Desember 2013, 11:58

Friday, December 20, 2013

Meta

Kutelusuri taman bunga, penuh warna, wanginya menyatu tak tahu apa namanya, mata kututup coba meresapi menyatu dengan mereka, kuberikan jiwaku agar warna-warninya bisa kumengerti, aku tak tahu apa itu, aku tak tahu apa-apa, aku ingin tahu semuanya, semuanya, biarkan aku tahu semuanya, hingga aku gila...

Kutelusuri tiap jalan itu, yang baik kujadikan buruk, yang buruk kuanggap baik, kiri dan kanan apalah bedanya, utara-selatan-barat dan timur, aku hanya ingin tahu apa rasanya, aku ingin tahu seperti apa rasa semuanya, semuanya, biarkan aku rasa semuanya, hingga aku gila...

Kudengarkan semua bunyi itu, bunyi bising kendaraan saling berpacu di kota-kota, bunyi derik kereta api yang saling bercumbu tanpa henti dengan rel, bunyi pesawat yang menggelegar menerobos awan, bunyi kapal yang mengarungi samudera, bunyi hujan, sungai, ombak, pepohonan yang tengah bercanda denga angin, aku ingin dengar semuanya, semuanya, biarkan aku dengar semuanya, hingga aku gila...

Jogja, 20 Desember 2014, 20:30

Thursday, December 19, 2013

Bullshit

I never really say 'i don't care' even once for long long long time, what I have done before when I say i dont care it mean I will always admiring far behind...
Now I will say it out loud that I dont care, really dont care, really dont fucking care...
With all those shit about kindness in this sick society, all these people only think one thing called 'business', then I realize it sucked me up...
Friendship? Sometimes its only real when I drink with drunken people beside the street...
Everything about relationship is only business, fuck it! Friendship is only on the bottle...

Tuesday, December 17, 2013

Alibi

Kata-kata, hanya kata-kata, kata-kata dan kata-kata lagi...

Berputar-putar mereka, saling mengaitkan jemari kelingking dan berdansa bersama, bernyanyi bersama, hari berganti, tahun berganti, abad pun hilang, dan tersisa masih berupa kata-kata...

Kata-kata dalam sejarah, kata-kata dalam karya, kata-kata dalam cerita, semua tertinggal tak lebih dari segumpal kata-kata, semakin banyak sekarang, setelah 15.000 tahun peradaban, sedari manusia prasejarah, Eufrat dan Tigris, Mesir Kuno, Yunani Kuno, Romawi, Zaman Kegelapan, Zaman Penyihir, Perang antar agama yang saling merasa benar, Renaissance, Barok dan Romantisisme, Perang antar negara yang saling merasa kuat, perang dan perang lagi, kini globalisasi dan modernisme merajalela...

Di ujung gang sempit, daerah pemukiman kumuh, ada mereka disana duduk manis menikmati dan menghayati pergantian zaman. Ada seniman, sejarawan, budayawan, philosopher, pujangga, sastrawan, fotografer, dan lain sebagainya, mereka pengukir zaman, menceritakan zaman lewat berbagai macam hal yang mereka yakini, sebagai pengganti kata-kata yang mungkin sulit diuraikan dengan cara umum...

Di akhir cerita yang tersisa hanya kata-kata...

Jogja, 17 Desember 2013, 02:24

Tuesday, December 10, 2013

Apogee

Do you remember me?
When every moment passing by, smoking laugh and bottles of jokes, story to share in every cups, weakness and abilities that we believe as philosophy of bullshitness, lie and truth that we never mind but we thought being our own business...

Do I remember you?
I been losing mind not a while, stuck and no way out, like a shadow of man when cross the rain, you watch me sing in the sinking train, you said we gonna life thousand years more, it been hundreds hours ago, since we know that life is just bunch of loneliness...

Jogja, December rain 10, 2013, 17:20

Seruk

Ah manusia, hujan minta panas, panas minta hujan, sukanya meminta, minta dan meminta lagi, ketika diberi malah mengeluh ingin yang lain, dikasih yang lain malah semuanya ditinggalkan, entah apa beda ingin dan butuh...

Ah manusia, katanya makhluk sosial, semua yang dilakukan atas dasar sosialisasi, bersosial dan sosialisasi, mau tak mau nyata terlihat kalau sebenarnya manusia hanya takut merasa sendiri, takut tak dikenal, takut ketahuan yang sebenarnya, iya takut kalau nanti mati sendiri dan tak ada satupun yang menangisi...

Ah manusia, setidaknya sangat lihai beralibi, yang tahu sebenarnya diri sendiri, yang lain hanya mencari tahu dan sedikit berspekulasi...

Entah kemana lagi mencari kebenaran dalam diri si manusia, ah manusia...

Jogja, 8 Desember 2013, 16:16

Utopianist

Mata tertutup, raga terdiam, mulut terkatup, pikiranku seolah tengah terbang telanjang mengarungi lautan dengan sampan dan dayung kuas...

Angin timur tengah ke barat, kutebarkan layar kanvasku, setelah di barat aku ke selatan, ke utara setelah itu, sebelum pulang akan kuseduh kopi sambil menghisap rokok kretek ku di atas sana, jari telunjuk meneropong puncak yang jauh di tengah sana, Himalaya...

Setelah itu apalagi yang akan kucari? Mungkin aku akan menjadi penari, menari-narikan jariku di atas kertas putih layar putih hingga nanti akan ada orang yang akan mengerti, mempelajari, kalau hidup bukan cuma disini, kenapa tak seluruh alam semesta kau jejaki...

Jogja, 9 Desember 2013, #utopia 22:58

Saturday, December 07, 2013

Berandai

Lihatlah, mengenai awal hanya berupa perspektif yang akhirnya menjadi panutan. Ide yang hanya sesumbar terucap dan nyatanya di sakralkan. Konsep malah kian diperhitungkan oleh beberapa dengan pertumpahan darah.

Tak kau lihatkah? Putaran zaman, jelajah waktu, melirik penuh hasrat pada tiap simbol, memaknai lewat semiotika, dan kau masih bertanya apa aku bisa memikirkan itu semua?

Otak, hati, jiwa. Muntahlah, keluarkan semua, toh tak lebih dari perandaian, berandai-andai akan seperti apa nantinya, tak jadi tak masalah, toh hanya majas perandaian.

Kau tertawakan badut itu, banyak juga yang parno dan takut, padahal mereka penghibur...

#RomanAbsurd Jogja, Dec 07, 2013 03:24

Thursday, December 05, 2013

Sembilu

Berputat putar kesegala arah, tak lelahkah kau seperti menari, sebentar-bentar kau menyanyi ditengah gulita seperti anak balita, kau tak peduli, cukup bebal kau sekarang...

Anjing di ujung jalan sana terus memperhatikanmu, cukup lama menatapmu dengan wajah lugunya, kau senyumi dia, dia malah berlalu, kau sendiri, tak ingin kau di anggap membusuk ditengah sunyi, katamu kau berbahagia sendiri disana...

Berteman sembilu dari pada ditengah keramaian yang kau temui hanya kebohongan, kau sesapi tiap sepi, kau hirup nafasnya hingga pikiranmu pun menghilang, tetap kau kukuh mengaku kalau kau bahagia, bersemedi ditengah kegelapan dengan sunggingan senyum yang terus merekah di bibirmu...

Jogja, #absurditas 05/12/2013 19:37

Tuesday, December 03, 2013

Sekat

Lukamu kau tutur lewat cerita malam itu, kala lampu dan rumah tetangga padam dan tak ada penerangan, yang ada hanya alunan kata-kata penuh semangat bercerita tentang masa lalu. Padahal sebelumnya kita belum pernah bertemu sebelumnya, tak mungkin tak ada alasan mengapa waktu mempertemukan kita, padahal bisa saja kamu menolak ajakanku dengan alasan sederhana yakni kita belum kenal.
Malam itu tertinggal pertanyaan, banyak pertanyaan dalam benak ini, aku serasa sudah mengenalmu selama hidupmu. Bukannya tak baik menceritakan masa lalu suram pada orang asing? Bisa saja si orang asing mencari kesempatan yang justru dapat membuatmu menjadi lebih merana, tapi rasanya kamu tak peduli dan terus saja bercerita.
Jam berganti, berdentang menuju jam berikutnya, dan waktu pun berlalu tanpa sedikit pun rencanaku tuk menggoreskan wajahmu di atas kanvas tak terlaksana. Iya, aku lebih tertarik menyimakmu bercerita, aku malu mengakui kalau aku suka kamu justru dari apa yang tak terlihat orang lain, aku suka kepribadian kamu yang ingin bebas terbang seperti burung, ingin berbagi kebahagiaan pada sesama seperti ceritamu dengan anak-anak jalanan itu, seperti keluargamu yang sangat kamu cintai, seperti hidupmu yang sangat penuh lika-liku yang dimana takkan tampak jika orang hanya melihat wajah polosmu. Aku serasa ingin menjadi bagian dari cerita itu.
Ah waktu, aku bahkan ingin menukar waktu tidurku dengan hanya menemanimu. Ah kasmaran, datangmu begitu tiba-tiba, padahal baru pertemuan pertama. Ah mungkin aku cuma pembual, atau mungkin aku hanya seseorang yang kesepian.
Sekali aku pernah membaca cerita yang berkata bahwa apa yang kita inginkan selalu berbeda dengan apa yang akan kita dapatkan, iya mungkin saja kamu akan menjauh setelah aku mengatakan suka padamu, siapa aku ini? Jadi mungkin lebih baik aku menjauh pergi meninggalkanmu dengan cara membuat pikiranku terhenti dengan cairan bodoh itu, berpura-pura kalau aku ini sampah dan kamu terlalu muda untukku. Bencilah aku kalau perlu, walau aku tahu kau terlalu baik untuk melakukan itu.
Ah malam, tenggelamkanlah aku dalam angan, biar semua berlalu cepat tanpa aku harus membuka hati, aku memang ditakdirkan sendiri seperti Hemmingway di Man Without Woman, seperti Tolstoy di Krutzer Sonata, seperti Kerouac di Lonesome Traveler.
Gunung buatlah aku segera merindukanmu, menghilang dari manusia dan segala macam perasaan semacam ini.
Berbahagialah hidupmu wanita yang aku sukai, iya katakanlah aku sekedar suka biasa, tak lebih, biar kamu tak usah terlalu memikirkannya. Selamat datang dan sampai berjumpa lagi.

Jogja, 3 Desember 2013, 20:45