Thursday, August 25, 2011

Tanggal dan Umur Dua Puluh Tiga

Salah satu yang saya percaya hingga kini yakni manusia yang hidup dan merasakan kebahagiaan sepanjang hari harinya adalah manusia yang selalu mempercayai pada mimpi mimpi dan cita citanya, dan tentu saja itu benar adanya, namun semua itu akan kembali ke kenyataan lagi, kembali pada kebanyakan orang orang bilang kehidupan normal. Manusia yang bahagia atau manusia yang beruntung adalah manusia yang mati pada usia muda. Setidaknya itu perkataan orang orang yang tengah hidup dan menjalani mimpi dan cita citanya, dan akhirnya kehidupan seseorang tak ada yang tahu kapan akan berakhir, kehidupan manusia sudah ada yang mengatur itu sudah pasti. Manusia yang hidup hingga tua menjelang, akan merasakan lebih sedikit kebahagiaan dan banyak dihinggapi rasa sendiri dan kesepian, dimulai dari ditinggalkan oleh banyak orang dia cintai, orang tua, keluarga, kawan, dan lain sebagainya, rasa kesepian dan sendiri datang ketika kita ditinggali orang yang mencintai kita dan kita mencintai mereka, tanpa alasan dan tanpa pandang bulu.

Inilah cita citaku hendak membuat hidup yang bahagia, dimana kebahagiaanku juga dapat dirasakan sebagai sebuah kebahagiaan oleh orang orang yang ada disekitarku, walau kadang terlalu banyak yang menganggap bahwa jalanku sudah terlalu melenceng, jalanku terlalu berliku liku, hal yang setidaknya dapat dipermuda justru kupersulit. Menurutku justru karena banyaknya alasan hingga setiap tindakan yang kuperbuat terkesan dipersulit, salah satunya adalah aku ingin melakukan segala sesuatu dengan caraku sendiri, mencintai dengan caraku, dan memperhatikan dunia dengan caraku. Buku adalah jendela untuk melihat bahwa dunia ternyata begitu luas, belum lagi jika kita coba mengintip angkasa luar.

Cintaku telah pergi, cinta yang hendak aku pertahankan hingga jelang tutup usia, cinta yang aku inginkan akan tetap ada walau apa pun yang akan terjadi nantinya, semua aku jalani dengan caraku, maafkan aku sayang aku tak bermaksud untuk membuatmu kecewa dan terluka dengan caraku yang sangat berbeda dengan orang kebanyakan, orang kebanyakan seperti yang telah kau lihat di televise, di reality show, cerita cinta kawanmu, cerita cinta dalam roman pisician, atau cerita cinta dimana pun itu. Bukan maksudku untuk menjauh darimu waktu itu, sangat berat dan sakit hati ini jika mengingat masa itu, ketika kutanyakan padamu bahwa sepertinya sudah waktunya kita untuk berpisah, kita sudah terlalu berbeda dalam segala macam hal, kau suka melakukan hal yang menurutku sangat membosankan, dan aku melakukan banyak hal yang menurutmu terlalu sukar untuk dipahami.

Sungguh waktu itu aku hanya ingin bermaksud untuk menunjukkan bahwa aku ini akan berusaha tetap setiap padamu, tetap setia pada satu pasangan hingga ajal datang menjemput, menemaniku disaat tua yang penuh dengan rasa kesepian, saling menerima keriput dan kejelekan kejelekan yang semakin banyak hingga di raga dan pikiran kita. Aku menanyakan padamu bahwa kita berakhir, dan bukan tanggapan diam dan menangis yang aku harapkan, bukan pula rasa benci yang berkecamuk yang datang darimu tiba tiba, kau membenci semua tentangku waktu aku mengatakan itu, kau hendak menjauh dan bahkan melupan semua tentangku dalam kehidupanmu, sungguh perih hati ini ketika mendapatkan itu semua. Yang kuharapkan justru tanggapan positif dan dewasa darimu, yang kuharap hanya sedikit pertanyaan yang dapat membuat hubungan kita tetap berlanjut. Kita butuh keseriusan, kita terlalu jauh melangkah tanpa memikirkan sedikitpun tentang keberadaan diri kita masing masing, kita terlalu egois, kita butuh sedikit waktu untuk berpikir, bukan waktu untuk saling menjauh hingga kini untuk mencium bau parfum vanilla tubuhmu pun ku tak bisa karena setiap kita bertemu kau menjauh.

Apa kau tahu jika menjadikan seseorang pasangan hidup itu bukan untuk sementara? Tetapi untuk selamanya, ketika ada anak, cucu, hingga cicit yang nantinya lahir dari keturunan kita. Kita belum dewasa sayang. Yang kita butuhkan hanya cinta dan pengertian, saling mengerti apapun yang dilakukan oleh pasangan kita, saling mengetahui tanpa harus bertukar kata, diam penuh pendengaran, diam dengan anggukan yang dapat mengugah perasaan kita hingga tak sadar senyuman pun terpancar.

Sudah tua aku kini, dan tetap kau yang ada disini, disini didalam pikiranku, tak dapat keluar dan terus berlari tanpa arah dan tujuan, semua tentangmu telah terekam dalam pikiran, caramu tertawa, menangis, sedih, senyum, marah, bahkan ekspressimu dikala tidur pun terekam erat dalam pikiran ini. Baikalah, mungkin kau butuh waktu untuk itu semua, semuanya juga sudah berakhir, maksudku hubungan kita, namun jika kita memang ditakdirkan untuk bersama suatu saat nanti, ingat ini aku sayang kamu.

Aku terkadang bingung ketika ada seseorang yang bertanya padaku apa tak ada lagi wanita didunia ini selain dia? Dan aku jawab dengan serius tidak ada selain dia, dia saja, mungkin terlalu berlebihan tapi aku suka dia.

Entahlah, apa aku sedang hidup di dunia imajinasi yang terlahir dari mimpi dan cita citaku ketika bertemu dan merasakan kehadiran dirimu disini, di pikiran dan perasaanku. Atau mungkin aku butuhkan seseorang untuk mengembalikanku ke dunia nyata, memberikanku sediki ruang dalam hidupnya, jika memang benar bahwa jodoh satu manusia di dunia ada tujuh orang, jika memang benar jika cinta itu datang ketika kau tak memikirkan cinta, jika memang benar bahwa setelah satu orang terkasih pergi maka akan datang seorang terkasih lain. Aku tak tahu.

Untuk Bela Diyna

Tana Toraja, August 22, 2011, 22:11

Friday, August 19, 2011

Ketika Pikiran Saya Pergi

Baiklah pikiranku kau mau pergi kemana pun saya akan setuju, tapi ingat kembali lagi suatu saat nanti, paling tidak nanti pagi kalau saya sudah bangun dan sadar lagi, namun temani perasaan saya lagi, perasaan saya tak mampu menindakin segala sesuatu dengan satu hal yang penting dari tubuh seorang manusia yakni perasaan saja, kamu tahu bahwa raga atau tubuh manusia terdiri dari pikiran dan perasaan. Tanpa salah satunya manusia hanya sebongkah tubuh yang bergerak namun tak punya tindakan yang mirip manusia, atau lebih mirip dengan binatang.

Oh pikiran sayang datanglah, kembalikan saya ke dunia nyata, kembalikan semuanya nampak normal dan tampak biasa biasa saja, tak mampu raga ini berjalan tanpa arah dan tujuan yang pasti dan pula perasaan ini tak mampu melakukan hal yang mungkin sebagian besar manusia mengatakan hal benar namun raga ini segan melakukannya. Baiklahlah jika itu pilihanmu meninggalkan aku, ragaku dan perasaanku disini sendiri.

Disini gemericik debu seakan terasa menggetar batin, tanpa kau disini semua menjadi sehambar semangkuk sayuran tanpa garam sewaktu dimasak, tanpa kau disini semua menjadi seperti hari yang cerah namun tak ada hembusan angin dari timur yang menghembus, ah kau pikiran tak hanya sensitif menghadapi berbagai macam hal yang terjadi, kau pun terlalu lama memendam segala macam hal yang terjadi padamu, hingga membedakan antara positif dan negarif pun kau tak mampu, membedakan antara pesimis dan positif pun tak mampu.

Sudah lewat masa dimana Charles Darwin berbohong tentang evolusi manusia, sudah lewat pun Karl Marx bercerita tentang sosialisme, komunisme dan kapitalisme. Apa kau ingat Jacques Manuel Derrida dengan bangga mengatakan bahwa kebenaran sejati tak ada? Apa kau ingat perkataan Rene Descartez kalau manusia tanpa pikiran berarti kematian? Apa kau ingat Socrates bapak badut internasional yang selalu saja mengatakan bahwa dia tak tahu apa apa padahal dia itu salah satu bapak filosofi modern? Memang hidup ini begitu aneh, sudah tercerita oleh Albert Camus lewat pemberontakannya menindaki kenormalan hidup orang kebanyakan, orang umum yang bertindak tak ubahnya seperti robot, bertindak tanpa pikir dan rasa, bertindak hanya lewat insting mereka yang telah terprogram.

Saya hanya ingin tahu jika kau hendak aku lepas, kemana hendaknya kau pergi? Ke Neraka atau Surga yang tak lebih dari imajinasi konak manusia? Atau ke Nirwana untuk hendak melakukan reinkarnasi seperti para dewa dewa? Atau kau hanya membusuk dalam alam tanpa batas? Entahlah, makanya saya menanyakan.

Jika nanti sudah tiba waktuku, maka aku hanya kau datang kesini, menemaniku hingga ajal nanti datang menculik roh dari ragaku.

Memang ini hanya fiktif belaka.