Saturday, November 30, 2013

Tarian Sunyi

Aku menari, menggerak gestur dari imaji,
Aku menghilang, redup dan sekeliling pun hening,
Aku menari, menyanyi dalam sunyi,
Aku bergerak, walau raga diam yang nampak,
Aku menari, menikmati musim berganti,
Aku kedinginan, ketika matahari justru terik kegirangan,
Aku kepanasan, ketika hujan tak henti berjatuhan,
Aku masih menari, tarian bisu ditengah sunyi,
Aku menikmati, raga kelelahan dan aku pun mati,
Tetap aku tak peduli, setelah mati aku hidup lagi...

Jogja, 30 November 2013, 11:48

Friday, November 29, 2013

Senja

Biru selendang langit tertutup kemelut awan putih bersayap berlian,
Hanyut terbawa menuju kegelapan, kala cakar senja mulai menerkam,
Hilang memudar dan penguasa kegelapan beserta mahkota bulannya bertandang,
Semua yang tadi nampak penuh warna terbelah menjadi kepingan bintang,
Aku menghilang,
Menari bersama anak gadis sang iblis,
Kami bercinta,
Hingga tak ada yang tersisa,
Kosong menyatukan kami dalam keabadian,
Hingga nanti semua galaksi tahu bahwa akulah penguasanya,
Aku tertawa,
Mereka pun akan menangis sembari mengucap namaku berulang kali, ratusan kali, jutaan kali,
Melantunkan namaku dalam tiap alun nada dan suara,
Hingga mereka mati berkalang tanah,
Aku menghidupkan lagi mereka kembali dengan bentuk yang berbeda,
Yang dulu jadi manusia kini menjadi lintah dan cacing tanah,
Yang dulu melata kini jadi manusia,
Aku tertawa...

Jogja,29 November 2013 17:15

Tuesday, November 19, 2013

Masa

Masa lalu, dapatkah aku memilih untuk menghilangkanmu dari kehidupan atau mungkin sekedar pura-pura lupa kalau kau pernah ada? Aku muak ketika orang bertanya kau berasal dari mana, apa yang membuat kau menjadi seoerti sekqrang, juga mengapa aku harua menjadi seperti aku yang sekarang ini. Mengapa aku harus menjadi diri sendiri padahal masa laluku selalu menjadi hantu. Kalau boleh memilih bolehkan masa lalu aku rubah dan mengganti sesuai seperti apa yang aku inginkan. Dari dulu sampai sekarang semuanya tampal salah, sangat salah dan aku mau lupa.

Masa depan, mengapa kau begitu misterius? Kadang membuatku beranggapan begitu yakin tapi malah sering membuat kecewa, ketika kau datang dalam rupa mimpi, iya kau buat aku tersenyum dan penuh rasa yakin akan seperti apa kau dikemudian hari, tapi selalu saja berakhir dengan ribuan pertanyaan yang ujungnya membuat kecewa. Iya aku muak dengan sebutan pemimpi, yang lain hanya tertawa dan dibenak mereka terukir jelas kata kata yang tak percaya bahwa nantinya akan terwujud.

Sekarang, kemana kau pergi? Kau tinggalkan aku saat aku coba mengejarmu dari belakang. Kau bius aku dengan kebohongan yang kau selipkan lewat botol-botol, dedaunan, dan jamur agar aku bisa merasa senang, tapi setelah mereka merenggut kesadaranku maka kau pun pergi. Sungguh memuakkan. Aku bosan hidup dengan segala macam kebohongan ini.

Jogja, 19 November 2013, 02:00

Thursday, November 14, 2013

Anak Kecil

"Berlarilah, tembusi kelebat hujan itu dengan senyuman"

Terlihat dari kegembiraan raut wajah anak kecil yang sedang menyemangati dirinya sendiri itu, dia bermain hujan seorang diri di sebuah lapangan kecil tepat depan rumahnya, kawan-kawannya yang belum tertarik pada awal hujan turun dan menghentikan pertandingan sepakbola mereka yang baru 15 menitan mereka rasakan itu spontan berhamburan ikut bergelut dengan lumpur dan siraman hujan dari langit, serasa ingin hanyut bersama kebahagiaan anak kecil yang sudah terlebih dahulu basah kuyub itu.

Tahun ke tahun berlalu begitu cepat, tak terasa si anak kecil yang selalu kegirangan melihat hujan dan selalu tak peduli jika hanya dia seorang yang menikmatinya telah beranjak 1/2 abad. Namun hujan selalu menjadi kawan baiknya hingga sekarang. Buktinya bisa dilihat jika anak kecil yang sudah beranjak deqasa itu tak pernah sakit jika bersenda gurau dengan hujan, bahkan ketika dia sedang deman atau batuk dan kemudian bermandi air hujan maka sakitnya pun akan menjadi baikan.

Ah apalah, asap rokok, kopi hitam atau sebotol bir sangat membantu memperindah hujan beberapa tahub belakang ini. Bukan karena si anak kecil yang sudah dewasa itu sudah tak tertarik bermain hujan, tapi dikarenakan dia malas mencuci saja.

Jogja, 14 November 2013, 17:34

Tuesday, November 12, 2013

Kertas

Harusnya tak kau bawa serta rasa itu,
Harusnya kau hanya ingin berbagi cerita, tak lebih,
Apa jadinya sekarang?
Kau mulai berpikir terlalu jauh tentang berbagai macam hal yg cuma kau juga yg rasakan,
Kau mulai kaku dan keseimbangan dalam diri mulai rentah,
Kau sudah berubah menjadi bukan kau yg aku kenal.
Sekarang kau harus buka mata,
Rasa akan datang dengan sendirinya, bahkan tak perlu kau cari, rasa akan ada begitu saja bahkan sebepum kau mempersiapkan diri.
Ah aku ingin minum whiskey, tak ada whiskey anggur pun jadi...

Jogja, tengah malam, 12 November 2013

Hujan Tengah November

Dia datang membawa angin,
mengukir bisu di sekitar,
Menggiring mata nanar benar memandang,
Tak ada kebohongan,
Hanya kata saja yang sukar untuk terucap,
Kepada semua, pohon, daun, dan aku.

Dia berkata hanya datang sesaat,
Tak selamanya dia akan disini,
Dia akan pergi lagi, kesana kemari, dan nanti mungkin akan datang lagi.

Aku ingin dia ada, sesaat,
Walau nanti akan pergi lagi,
Biarlah, aku tahu semua hal bahkan nafas pun akan pergi juga nanti,

Dia hujan, nanti akan redah,
Gerimis petanda malu,
Deras semangat yg tak tampak,
Angin membawanya kemana-mana,
Guntur dan kilat melindunginya,
Aku tahu nanti pun akan redah juga.

Seperti satu nama pergi,
Nama yang lain bermunculan,
Satu senyuman pergi,
Senyuman lain berdatangan,
Tapi semua akan pergi lagi nanti,
Jadi apa lagi yang musti disesali kalau semua tak ada yang tinggal disini.

Disini di ruang kata-kata dan sajak,
Berdinding raut wajah murung yang selalu tersenyum,
Tempat dia kemarin datang saat hujan redah,
Dan pergi lagi ketika matahari belum tersenyum.

Jogja, 12 Nov 2013, 12:22