Tuesday, March 29, 2011

Aku Tak Tahu


Aku Tak Tahu

Ingatkan aku kawan ketika aku melakukan kesalahan,

Benar dan salah setahuku tak ada perbedaan,

Itu pun kalau anda memang menganggap aku kawan,

Kalau memang begitu aku tak tahu…

Biru langit seakan takut tuk bersapa dengan bumi,

Kabut mendung dijadikan topeng untuk bersembunyi,

Atau ini terjadi karena semena mena perilaku makhluk bumi,

Kalau memang begitu aku tak tahu…

Aku ingat ketika kalian datang dan memuji aku dengan panggilan kawan,

Aku diam tak senyum dan tak berucap sepatah kata pun,

Dugaanku benar sekarang kalian pergi dan memanggilku Mr. sensitif man,

Mengapa aku tak tahu…

Manusia keluar dari kandungan menuju alam kehidupan sendiri,

Malangnya sendiri pula kala menuju alam kematian nanti,

Apakah saat hidup akan ada yang akan menemani?

Bodohnya aku tak tahu…


Minggu, 27 Maret 2011, 16:47, Kasihan Bantul Yogyakarta

Thursday, March 10, 2011

Kawan Itu Ilusi


Seperti hujan yang senantiasa berkawan dengan awan, namun tanpa sepatah kata mampu terucap oleh hujan untuk awan, namun hujan terlebih dahulu hilang telan bumi. Atau seperti sepasang kawan antara kayu dan api, belum sempat bertukar kata, apalagi menjadi sebuah cerita antara kayu dan api, kayu terlebih dahulu menjadi arang. Antara langit dan bumi tak ada kata kawan diantara mereka, tak bisa pula mereka disatukan dengan ikatan, jarak antara mereka membuat mereka tak saling bergantungan, malah membuat mereka saling membenci dan saling iri karena satunya ada di langit dan satunya ada di bumi, mungkin secara tak langsung dapat diberikan contoh seperti bumi memberikan pantulan uap panas dari matahari, uap itu melayang menuju langit, bergabung dengan awan dan kemudian jadilah hujan, beberapa orang mungkin akan berkata bahwa dengan hujan dari langit akan membawa kehidupan di bumi, memang itu benar adanya, tapi coba lihat dengan seksama bagaimana dengan manusia? Kala hujan turun manusia jadi pemalas, ada pula yang terburu buru, bahkan ada yang membatalkan janji. Inikah kehidupan? Membuat sesuatu yang tak seharusnya terjadi, terjadi!

Apa itu kawan?

Kawan menurut pujangga adalah penghibur dikala susah dan peramai dikala senang, sesuatu yang mustahil terjadi apabila tak ada maksud lain yang diinginkan dibelakangnya, seperti kawan yang datang menghibur dikala ada kawan yang sedang susah karena tentu saja dia juga butuh dihibur kala dia merasa kesusahan oleh kawan yang sudah dia hibur tadinya, begitu pula dengan menjadi peramai kawan yang sedang merasakan kesenangan, mereka juga butuh diramaikan kala sedang merasakan kesenangan. Jadi kesimpulannya, setiap manusia tak ingin merasa kesepian. Ada pula kawan yang selalu saja ada, dia tak peduli dengan dirinya sendiri walau kawannya tak peduli pada dirinya, yang dia tahu hanya satu menjadi penghibur dan peramai yang selalu ada untuk kawan kawannya, dia selalu saja diam tak menanggapi apa yang sedang dia rasakan, dia sedih atau pun senang tak ada bedanya, namun akan terlalu berbeda rasanya kala dia sedang ikut merasakan salah satu kebahagiaan dari temannya, negitu pula kala kawan dia merasakan kesedihan maka dialah orang yang paling merasakan kesedihan itu. Sedangkan rasa untuk dirinya sendiri tak ada. Manusia macam apa ini? Saya sebut dia badut sejati. Badut tak peduli pada saat panas atau pun dingin tetap saja kostumnya sama, tak peduli sedang sedih atau pun senang ekspresinya sama saja tetap tersenyum, untuk apakah kostum lucu dan menggelikan itu? Untuk penonton. Dan untuk apakah ekspressi senang yang selalu ada diwajahnya itu? Untuk penonton. Bagaimana dengan perasaan badut sendiri, apa ada penonton yang ingin cari tahu apa yang sedang dirasakan si badut, adakah dia sedang bersedih hati kala sedang menghibur penonton, jawabannya tak ada satu pun orang yang ingin tahu hal itu.

Satu satunya hal yang dapat membuat kawan itu terasa ada, walau memang kebanyakan hanya berupa ilusi yang tak nyata adalah ketika saling bertukar cerita, entah apa pun itu ceritanya, cerita tolol, bodoh, konyol, kebohongan, kejujuran, curahan hati sedang kasmaran, patah hati, kesal, senang atau pun sampai cerita yang mengharu biru hingga terasa mampu menyayat nyayat batin, namun sejatinya memang hanya lewat cerita kawan itu akan terasa ada. Ada pendengar dan ada yang didengar. Ada indra mulut, mata dan telinga sebagai perantara cerita, tempat kontak nyata dan langsung dimana ada keberadaan pencerita dan pendengar cerita. Pula ada otak sebagai pengatur alur cerita agar tak terasa membosankan. Dan tak lupa ada hati untuk merespon berbagai macam kemungkinan mengenai apa yang sedang diceritakan, ada emosi yang akan timbul ketika saling bertukar cerita, berupa ekspresi dan tanggapan. Dengan itu semua kawan yang hanya ilusi terasa ada.

Ketika cerita tak ada lagi, maka kawan kembali menjadi ilusi.

Kawan ilusi semacam kawan yang pasti ada disaat kita lagi memiliki sesuatu yang mereka inginkan, mereka ada tanpa harus dipanggil atau dikabarkan, karena mereka dengan sendirinya akan dengan sadar mencari apa yang mereka inginkan. Mereka ada dimana mana, dan selalu ingin segera mendapatkan yang mereka inginkan. Contohnya ketika ada kesempatan untuk mendapatkan kebanggaan karena hendak diakui, kehebatan kala mereka mampu memberikan keberadaan diri, kebohongan dengan tingkah selalu ada pada diri mereka, kejujuran apalah artinya jika ada maksud yang hendak mereka capai, mereka akan mati membusuk apabila tahu bahwa mereka ternyata sendiri dan kesepian. Apa itu yang namanya kawan?

Kawan itu ilusi, tak ada kawan yang mampu dengan sendiri perhatian pada orang yang sedang membutuhkan perhatian, tak ada kawan yang mampu membaca benak orang yang sedang dirundung rasa sedih yang mendalam, tak ada tindakan yang gratis diberikan, tak ada makanan maka tak ada bantuan, tak ada kopi dan rokok maka tak ada cerita, apa itu kiranya sesuatu yang bernama kawan?

Kawan itu ilusi, sediakan saja satu meja makan yang penuh dengan minuman dan makanan yang serba mewah, maka dengan sendirinya orang orang yang mengaku kawan akan datang dengan wajah dihiasa senyum yang kelewat lebar, bahkan orang gila di rumah sakit jiwa pun akan mampu berekspresi seperti itu kala dapat ajakan makan. Apa itu yang hendak anda katakan sebagai kawan?

Coba anda sedang dalam keadaan melarat, orang tua anda bangkrut, tak ada materi yang mampu ada berikan pada orang lain, kendaraan sudah terjual, kos atau rumah anda sudah disita, anda sekarang sebatang kara, anda sekarang sudah jauh dari anda yang dulunya, anda sekarang kesepian, karena sudah pasti satu persatu orang yang mengaku pada anda adalah kawan anda sudah pergi menjauh mencari kawan yang lain tentunya. Saya rasa berlebihan jika anda masih merasa masih memiliki kawan yang mampu menolong anda. Apa itu kawan namanya?

Anda bisa saja sedikit berpikir ketika membaca tulisan omong kosong dari orang yang tak jelas ini, itu pun jika anda masih punya pikiran. Atau pun anda bisa saja mencemoh dan bahkan mengejek hina tulisan ini, itu pun jika anda merasa tak apa apa jika anda mendapatkan hal serupa dari orang lain seperti apa yang sudah anda lakukan. Anda punya pikiran dan perasaan, begitu pula orang yang menulis cerita ini.

Sekedar hanya ingin bercerita.

Salam sapa hangat.

Armstrong da Jimmy (Si Pendongeng)

Senin, 07 Maret 2011, 02:36am