Friday, August 19, 2011

Ketika Pikiran Saya Pergi

Baiklah pikiranku kau mau pergi kemana pun saya akan setuju, tapi ingat kembali lagi suatu saat nanti, paling tidak nanti pagi kalau saya sudah bangun dan sadar lagi, namun temani perasaan saya lagi, perasaan saya tak mampu menindakin segala sesuatu dengan satu hal yang penting dari tubuh seorang manusia yakni perasaan saja, kamu tahu bahwa raga atau tubuh manusia terdiri dari pikiran dan perasaan. Tanpa salah satunya manusia hanya sebongkah tubuh yang bergerak namun tak punya tindakan yang mirip manusia, atau lebih mirip dengan binatang.

Oh pikiran sayang datanglah, kembalikan saya ke dunia nyata, kembalikan semuanya nampak normal dan tampak biasa biasa saja, tak mampu raga ini berjalan tanpa arah dan tujuan yang pasti dan pula perasaan ini tak mampu melakukan hal yang mungkin sebagian besar manusia mengatakan hal benar namun raga ini segan melakukannya. Baiklahlah jika itu pilihanmu meninggalkan aku, ragaku dan perasaanku disini sendiri.

Disini gemericik debu seakan terasa menggetar batin, tanpa kau disini semua menjadi sehambar semangkuk sayuran tanpa garam sewaktu dimasak, tanpa kau disini semua menjadi seperti hari yang cerah namun tak ada hembusan angin dari timur yang menghembus, ah kau pikiran tak hanya sensitif menghadapi berbagai macam hal yang terjadi, kau pun terlalu lama memendam segala macam hal yang terjadi padamu, hingga membedakan antara positif dan negarif pun kau tak mampu, membedakan antara pesimis dan positif pun tak mampu.

Sudah lewat masa dimana Charles Darwin berbohong tentang evolusi manusia, sudah lewat pun Karl Marx bercerita tentang sosialisme, komunisme dan kapitalisme. Apa kau ingat Jacques Manuel Derrida dengan bangga mengatakan bahwa kebenaran sejati tak ada? Apa kau ingat perkataan Rene Descartez kalau manusia tanpa pikiran berarti kematian? Apa kau ingat Socrates bapak badut internasional yang selalu saja mengatakan bahwa dia tak tahu apa apa padahal dia itu salah satu bapak filosofi modern? Memang hidup ini begitu aneh, sudah tercerita oleh Albert Camus lewat pemberontakannya menindaki kenormalan hidup orang kebanyakan, orang umum yang bertindak tak ubahnya seperti robot, bertindak tanpa pikir dan rasa, bertindak hanya lewat insting mereka yang telah terprogram.

Saya hanya ingin tahu jika kau hendak aku lepas, kemana hendaknya kau pergi? Ke Neraka atau Surga yang tak lebih dari imajinasi konak manusia? Atau ke Nirwana untuk hendak melakukan reinkarnasi seperti para dewa dewa? Atau kau hanya membusuk dalam alam tanpa batas? Entahlah, makanya saya menanyakan.

Jika nanti sudah tiba waktuku, maka aku hanya kau datang kesini, menemaniku hingga ajal nanti datang menculik roh dari ragaku.

Memang ini hanya fiktif belaka.

No comments: