Tuesday, December 03, 2013

Sekat

Lukamu kau tutur lewat cerita malam itu, kala lampu dan rumah tetangga padam dan tak ada penerangan, yang ada hanya alunan kata-kata penuh semangat bercerita tentang masa lalu. Padahal sebelumnya kita belum pernah bertemu sebelumnya, tak mungkin tak ada alasan mengapa waktu mempertemukan kita, padahal bisa saja kamu menolak ajakanku dengan alasan sederhana yakni kita belum kenal.
Malam itu tertinggal pertanyaan, banyak pertanyaan dalam benak ini, aku serasa sudah mengenalmu selama hidupmu. Bukannya tak baik menceritakan masa lalu suram pada orang asing? Bisa saja si orang asing mencari kesempatan yang justru dapat membuatmu menjadi lebih merana, tapi rasanya kamu tak peduli dan terus saja bercerita.
Jam berganti, berdentang menuju jam berikutnya, dan waktu pun berlalu tanpa sedikit pun rencanaku tuk menggoreskan wajahmu di atas kanvas tak terlaksana. Iya, aku lebih tertarik menyimakmu bercerita, aku malu mengakui kalau aku suka kamu justru dari apa yang tak terlihat orang lain, aku suka kepribadian kamu yang ingin bebas terbang seperti burung, ingin berbagi kebahagiaan pada sesama seperti ceritamu dengan anak-anak jalanan itu, seperti keluargamu yang sangat kamu cintai, seperti hidupmu yang sangat penuh lika-liku yang dimana takkan tampak jika orang hanya melihat wajah polosmu. Aku serasa ingin menjadi bagian dari cerita itu.
Ah waktu, aku bahkan ingin menukar waktu tidurku dengan hanya menemanimu. Ah kasmaran, datangmu begitu tiba-tiba, padahal baru pertemuan pertama. Ah mungkin aku cuma pembual, atau mungkin aku hanya seseorang yang kesepian.
Sekali aku pernah membaca cerita yang berkata bahwa apa yang kita inginkan selalu berbeda dengan apa yang akan kita dapatkan, iya mungkin saja kamu akan menjauh setelah aku mengatakan suka padamu, siapa aku ini? Jadi mungkin lebih baik aku menjauh pergi meninggalkanmu dengan cara membuat pikiranku terhenti dengan cairan bodoh itu, berpura-pura kalau aku ini sampah dan kamu terlalu muda untukku. Bencilah aku kalau perlu, walau aku tahu kau terlalu baik untuk melakukan itu.
Ah malam, tenggelamkanlah aku dalam angan, biar semua berlalu cepat tanpa aku harus membuka hati, aku memang ditakdirkan sendiri seperti Hemmingway di Man Without Woman, seperti Tolstoy di Krutzer Sonata, seperti Kerouac di Lonesome Traveler.
Gunung buatlah aku segera merindukanmu, menghilang dari manusia dan segala macam perasaan semacam ini.
Berbahagialah hidupmu wanita yang aku sukai, iya katakanlah aku sekedar suka biasa, tak lebih, biar kamu tak usah terlalu memikirkannya. Selamat datang dan sampai berjumpa lagi.

Jogja, 3 Desember 2013, 20:45

No comments: