Tuesday, January 22, 2013

Magnetic


Kini kau telah kembali kesana, ke alam yang dimana kenyataan menjadi begitu sederhana, kau merenggut dengan mudah segala macam hal yang dapat diraba oleh indera. Memeluk dan mengelu-elukan mereka yang nyata, seolah hari esok dan hari setelah esok tak pernah ada. Namun apa yang aku lihat, wajahmu murung tampak duka, ketika tertawa begitu hambar, senyum pun musti diberi aba-aba agar dapat merekah.Hari-harimu berlalu jauh dari apa yang dahulu kau cerita begitu kau dambakan, tak ingin sedikit pun kemonotonan atau hari kemarin sama dengan hari ini akan terjadi dalam hidupmu, inginkan tiap langkah penuh dengan semangat menuju ke sesuatu yang baru, sesuatu yang tak hanya dapat dielukan dan dipeluk olehs atu orang, namun kau ingin agar semua manusia dapat merasakan apa yang kau dapatkan.

Dimana kini semangatmu yang dahulu begitu mempengaruhiku, membuatku ingin agar dapat melewati semangatmu itu, ingin agar debar semangat terus memacuh hingga semua hal pun tak ada yang nampak membosankan. Kini semangat itu telah pudar, sepudar langit sore ketika hujan selesai menderah, setelah amukannyA mengobrak abrik bumi dengan rintikan hujan. Aku hanya ingin menyapa lewat kata, agar kesadaranmu dapat berubah, berubah dari ketololan menjadi robot monoton padahal kau tahu bahwa kau manusia, tempat bersembunyinya dua benda paling penting didunia, yaitu perasaan dan pikiran. Menurut ceritamu dahulu bahwa perasaan dan pikiran dapat mengubah dunia, terbukti lewat perasaan manusia menghayati alam maka lahirlah bahasa, lewat pikiran manusia dalam menghayati alam maka lahirlah budaya.

Mungkin kau nanti akan bangun, bangun dari hidupmu yang telah di nonaktifkan, mencerahkan perasaan dan pikiranmu, menguatkan tekad bahwa mimpi itu adalah cita-cita, dan cita-cita adalah perencanaan, dan perencanaan adalah jalan menuju pembuktian, dan pembuktian adalah senyuman.

Jombor, Januari 22th, 2013, 20:26

No comments: