Kawan kawan pembaca, perkenalkan aku adalah si Bodoh. Tak perlu anda tanyakan siapa nama asliku, itu tidak penting karena kalau aku memakai nama asli makan ke bodoh akan hilang, dan aku tak inginkan itu. Aku adalah segelintir orang yang mungkin jarang atau mungkin banyak anda temui dalam kehidupan anda, dengan nama bodoh yang melekat pada diriku membuat aku bebas untuk melakukan banyak hal yang orang normal enggan lakukan, itu semua karena akulah si Bodoh. Aku tak pernah menganggap panggilan orang padaku seperti ‘hey bodoh!’ atau ‘dasar bodoh!’ menjadi sebuah masalah, itu kejujuran, dan harusnya kejujuran di tanggapi dengan senyuman, bukankah begitu?
Mereka awalnya hanya memanggilku bodoh hanya karena beberapa tindakan yang sering kulakukan memang bodoh seperti memanjat tiang listrik, bersalto ria di lantai, tidur tiduran di aspal, dan lain sebagainya. Dan itu kuanggap sebagai perhatian, lagian kalau aku menanggapi tiap panggilan bodoh yang diarahkan kepadaku bukankah justru memupuskan jati diriku sebagai orang bodoh kan? Saya tak inginkan itu. Seiring berjalannya waktu maka aku pun semakin sering melakukan banyak hal bodoh lainnya.
Aku senang membaca buku, tentunya jangan anda anggap bahwa dengan membaca buku maka akan membuatku pintar dan banyak tahu hingga nanti tidak ada lagi perkataan bodoh tentangku atau takkan ada lagi orang orang yang akan memanggilku bodoh, justru aku membaca begitu banyak buku tentang orang bodoh agar aku bisa belajar dari tulisan itu bagaimana harusnya seorang bodoh dalam menjalani hidup mereka. Ambil contoh mengenai orang bodoh yang diceritakan dalam buku ‘Zarathustra’ yang di tulis oleh orang yang dianggap bodoh di sejarah dunia tulis menulis karena perkataan terkenalnya yang menggemparkan yaitu ‘Tuhan telah mati’, dialah si Frederic Nietzche. Didalam bukunya diceritakan mengenai kehidupan si tokoh utama bernama Zarathustra yang menjauh dari kerumun penduduk di perkotaan, dia memutuskan untuk tinggal seorang diri di atas gunung dekat hutan menjauh dari kehidupan sosial yang dianggapnya membosankan karena penuh dengan intrik dan kebohongan yang berlebihan, disana dia berteman dengan hewan hewan yang mendiami hutan, dan teman baiknya yang sering diajak bertukar pikiran adalah hewan melata bernama Ular dan hewan yang terbangnya paling ditinggi di udara bernama Elang. Di cerita dalam buku ini tentu saja aku takkan mengambil inisiatif untuk ikut tinggal di atas gunung sambil berkawan dengan binatang! Ini memang tindakan bodoh, tapi yang aku inginkan adalah bodoh yang lain. Aku hanya mengambil cerita mengenai ketabahan dari Zarathustra dalam menjalani kehidupannya, beserta isi dari pikiran pikirannya dalam menanggapi segala macam hal, ini semua adalah tentang tindakan dan pikiran yang orang bodoh lakukan, itu saja.
Buku yang lain seperti seorang penderita parah penyakit Schizophrenia dari Jerman sama seperti Nietzche yang menulis buku tentang suku Indian berjudul ‘Winnetou’, coba anda bayangkan sendiri bagaimana mungkin seorang penderita schizophrenia yang belum pernah sekali pun pergi ke daratan Indian, serta tidak pernah membaca tulisan dan melihat foto tentang orang Indian dari buku atau dari internet, maklum pada waktu itu masih tahun awal 1800. Dia menjelaskan tentang suku Indian dengan begitu detail, dimulai dari pakaian, rambut, rumah, cara hidup, tarian, dan lain sebagainya padahal dia hampir setengah dari waktu hidupnya dihabiskan di dalam rumah sakit jiwa!
Hanya, jika aku membaca buku maka akan aku perlihatkan beberapa cara bodoh yang jarang dilakukan oleh orang normal, yakni takkan sedikit pun menggubris dunia luar selain dunia yang diceritakan dalam buku, ada yang mengajak berbicara maka takkan aku ladeni, ada yang mengganggu maka aku akan pindah ketempat lain, dan selalu ketika membaca akan ada headphone mendengungkan musik klasik yang melekat di telingaku dengan setelan full volume, ini salah satu wujud dari tindakan bodoh yang menurutku harus aku lakukan. Anda tak usah menanyakan lagi kenapa, karena apa anda pernah melihat orang bodoh tidak melakukan tindakan bodoh? Jika ada maka mereka itu tidak bodoh. Sedangkan aku ini orang bodoh, dan tindakan bodoh yang kulakukan adalah kewajaran di mata orang orang, saya harap bisa dimaklumkan.
Hal bodoh lainnya mungkin seperti musik kesukaan, yakni musik yang keluaran tahun 1970an kebawah semacam; Muddy Waters, The Doors, Robert Johnson, Charlie Patton, The Beatles, dll., hingga ke musik instrument ala orkhestra semacam Wolfgang Amadeus Mozart, Chopin, Bach, Beethoven, dll. Musik yang mungkin hanya orang tertentu saja yang mendengarkan, dan itulah saya. Ini jangan sekali kali anda pikirkan bahwa aku ini tidak bodoh dan keren karena mendengarkan musik berkualitas dan keren semacam itu. Alasan dari semua ini karena mereka yang diatas, setelah saya membaca biografi dari mereka ternyata mereka pada masa hidup mereka dan membuat lagu juga dianggap bodoh. Contohnya; seperti Muddy Waters yang dianggap bodoh karena mau membuat studio rekaman (Cadillac Record) bersama seorang kulit putih dari Polandia (waktu itu di Amerika sedang maraknya kasus rasis), The Beatles dianggap bodoh karena mereka membuat band dengan semua personilnya berambut panjang (waktu itu yang berambut panjang hanya wanita), The Doors dengan Jim Morrison nya yang bodoh dengan seluruh hidupnya yang hanya sampai 27 tahun dihabiskan dengan mabok minuman dan obat obatan. Beethoven atau si Beast atau si Buruk Rupa yang bodoh karena membuat masterpiece justru pada waktu dia tuli. Begitupun dengan lainnya yang jika aku jelaskan satu satu disini maka akan sangat panjang, dan kesan dari si Bodoh yang melekat pada diriku akan menghilang sama sekali.
Sekian dulu cerita dari si Bodoh untuk saat ini, mungkin beberapa waktu ke depan akan aku lanjutkan dengan kebodohan yang lain.
Yogyakarta, 26 Maret 2012, 15:57