Aku berjalan kemana tak tahu,
Hanya tapak kaki setia menggores jalan,
Di persimpangan itu sempat kumenoleh kebelakang,
Menyipitkan mata hendak melihat senyum lalu yang coba ditinggalkan...
Aku menunduk melihat rumput dipinggir jalan itu,
Mereka menari-nari penuh mesra dengan alunan angin timur,
Langkah kulanjutkan menuju entah kemana,
Kiri dan kanan tak tampak satu pun penunjuk arah,
Aku menepi coba berbaur dengan kehidupan orang orang disana,
Hanya sepi yang jelas terasa di antara suara bising bahasa asing mereka,
Aku mengamati lama penuh harap yang tak jelas apa...
Hingga senyum polos tanpa kata terpampang depan mata,
Iya itu wajahmu yang datang dan muncul tiba-tiba,
Entah mengapa ada rasa terpecik walau masih samar,
Kutatap lama wajahmu yang tak bergerak di layar putih itu,
Kata-katamu mulai menari penuh irama di lembar kosong layar putih itu,
Ceritamu mulai menarik tanyaku hingga rasa ingin tahuku pun menggebu...
Terasa cepat namun kau sudah ada dalam pikiran ini,
Kita berdua bak satu hati dalam beberapa pendapat tentang sekitar,
Kutuanglah dalam coretan sederhana yang bercerita tentang senyum dan binar matamu,
Kutabur pula kata-kata lewat puisi jelek yang punya harap agar menarik perhatianmu,
Tak sia-sia memang jika maksud hati ingin mengenalmu,
Ingin agar dirimu selalu ada di depan sebagai penunjuk arah,
Penunjuk hidupku yang sudah mulai lupa membaca arah...
Ingin agar dirimu selalu ada disini menjadi kunci imaji,
Berbantu mimpi bersama tuk dapat berwujud nyata,
Menuju bersama ke sana ketempat yang bernama masa depan...
Hingga nanti kita pikun bersama,
Hingga nanti kita saling lupa panggilan sayang,
Hingga nanti alam raya menyatukan kita kembali dalam raganya...
Jogja, 27 Maret 2013, 19:43