Friday, March 20, 2009

Kedai Kopi Ningratri

Asalamulekum...

ningratri tampak dari depan...

Pertama tama kita akan membahas tentang arti, guna, dan makna daris I sebuah nama yang udah tak lazim lagi ditelinga kita yaitu… Kopi…

Kopi adalah termasuk biji bijian yang awalnya sebelum dipetik dari pohonnya ditunggu menjadi agak kemerahan, dikarenakan eh karena kalo belom warna kemerahan atau keijo ijoan belum matang brarti… (iya ga seh???)

Proses pembuatan kopi sebelum menjadi sebongkah biji bijian yang berwarna ke itam itaman seperti pada gambar yang beredar dipasaran pada umumnya, itu sbelumnya telah mengalami banyak improvisasi. Disamping pembakaran yang memakai alat tertentu dan kalo alat klasiknya yang di bakar dalam gerbong kecil yang tertutup. Di goyang goyang, diputar putar hingga warna kulit kopi agak kegosongan dan berwarna ke hitam hitaman.

Setalah kopi menghitam mulailah proses penggilingan menjadi serbuk halus yang nantinya tingga menunggu proses penyeduhan dengan berbagai macam cara, baik dengan hanya mencampurnya dengan air panas sajjah, atopun ditambahkan gula secukupnya, dan kadang pula di improvisasi dengan campuran susu, crim, dan malah ada yang sampai mencampurnya dengan kayu manis, dan bahkan kayu yang telah dibakar menjadi arang (biasa disebut kopi joss).

Umumnya kopi mengalami klimaks dari sebuah kenikmatan apabila dinikmati kala malam hari dimana mata yang mulai sayu kelelahan bisa menjadi agak segar dan siap menikmati malam dengan seutas cerita dengan kawan ataupun sekadar menghabiskan malam dengan berbagai macam kesibukan lainnya (contoh: lembur kerja, dll). Kadang pula kopi terasa begitu nikmat dalam lambung ketika diseduh dipagi hari, dikala mentari masih tampak mengantuk menunjukkan wujudnya diselah pepohonan membangunkan ayam yang langsung teriak kaget dengan nada ‘kukkuruyukkkkk’…

Tergantung dari seberapa senangnya seseorang terhadap kopi, dan seberapa berartinya kopi bagi tiap penikmatnya. Hingga ada sebuah kedai kopi bernama Ningratri yang kebetulan cabang dari kedai kopi legendaris dari kota pelajar Jogjakarta “Blandongan” yang mengatakan begini “selamatkan anak bangsa dari kekurangan kopi”… luar biasa kan!

Yah inilah bentuk ekspresi dari kecintaan terhadap kopi, kalao menurut tante “Dewi Lestari” aka Dee yang sampai membuat sebuah novel yang berjudul “Filosofi Kopi”, isi dari novel ini yang menjadi inti dari seutas kata tentang filosof adalah “tiap seduhan kopi dengan berbagai macam takaran dan campuran itu memiliki makna filsafat”. Hmmm that’s rights anyway…

Malam pun menjelang, lampu lampu jalan pun mulai menampakkan diri dengan semburan cahaya yang remang remang ditiap sisi jalan kota Jogja. Tikar tikar anyaman pun mulai di jalarkan di tiap sisi sepanjang jalan Malioboro, tanda penjual masakan khas jogja ‘gudeg’ siap berjualan. Maklum sebagian besar penjual makanan di Jogja memang baru buka kalo malam hari mulai menjelang. Apalagi hari ini hari sabtu, otomatis rame bangettttss…

Sepanjang jalan yang kulalui nampak lalu lalang orang orang yang habis beraktifitas, maklum jam sekrang udah nunjukkin 9.00 pm. Dan tak jarang si Jimmy (my scooter) meraung raungkan bunyi dari knalpotnya tanda iri pada sepasang muda mudi yang boncengan dengan pasangannya dan terlihat begitu mesranya… (ohwww noo!!!)

Dengan hati penuh suka dan duka akan hari ini yang telah berlalu kulaju si Jimmy dengan kecepatan diatas rata2, hmmm coba bayangin kecepatan kura kura sungai balap lari, kira kira begitulah kecepatannya.

Karena eh karena niat malam ne pengen keluar nyari inspirasi bwat gambar gambar di kertas sketsa gw, yang rencana bwat pemanis buku puisi gw yg lagi coming soon. Jadi, gw inisiatif mencari tempat nongkrong sembari menghirup udara malam dan menikmati secangkir kopi dengan nuansa lalu lalang kendaraan yang saling melaju berpacu dengan waktu, kupilihlah kedai kopi yang dekat dengan jalan raya, dan pilihan jatuh pada Kedai Kopi Ningratri. Tepatnya beralamat di Jl. Kaliurang km. 5 sebelah kiri sebelum ringroad.

Si jimmy pun melaju dengan senyum kecut…

Sekitaran 30 menit berlalu…

Sampailah pada tempat tujuan. Suasana nampak ramai oleh para pemuda, pemudi, maupun para lansia (hehehe, orang yg udah beruban termasuk didalamnya). Si jimmy gw parkir dengan gagah berani dan beradab di depan kedai. Hooo ternyata di kedai begitu ramainya hingga tak ada tempat untuk menyendiri, kan kebiasaan aneh gw itu menyendiri di tempat yang ramai… (aneh emang).

“Mas pesan Kopi Dewa” kata gw pada pelayan kedai yang lagi asik nonton pertandingan sepak bola liga Italia.

(Kopi Dewa: semacang kopi yang diracik dengan komposisi air dan serbuk kopi 50-50 dalam gelas yang berukuran agak gede, bisa dipesan dengan variasi susu jikalau mau. Harga cukup miring, hanya 4500 rupiah, dan rasa boleh lah!)

“okeh, bung!” jawab pelayan kedai.

Kutatapi wajah para penikmat kopi perlahan satu persatu, siapa tahu ada yang gw kenal. Senyam senyum kiri kanan (supaya nampak sebagai orang yg ramah) Dan ternyata hasilnya nihil kagak ada yang gw kenal!

Jalan mondar mandir nyari tempat yang kosong, dan mata gw tertuju pada sebuah kursi kayu memanjang disamping orang orang yang lagi sibuk bermain kartu remi bersama teman2nya.

“mas, boleh duduk disini?”

“boleh bung, monggo…” jawab salah satu dari mereka.

“sendirian aja bung?” Tanya si bapak tua yang botak, yang kebetulan pake vespa juga kek gw, yang lagi duduk santai bercerita dengan kawannya, dan dia nyapa karna gw pake vespa. Mengapa sesama pemakai vespa musti saling sapa? Karena eh karena anak vespa Jogja itu terkenal dengan solidaritasnya, dan bapak tua botak itu membuktikan kebenaran akan hal itu.

“iya neh pak, lagi pengen sendiri ajah…” (hahaha, boong abis dah gw. Sebenarnya kagak ada orang yang mau gw ajak keluar malam, karena eh karena kalo gw yang ajak pasti acara keluar malamnya sampai pagi hari menjelang, dan sedikit orang yang mau ikut untuk hal seaneh tersebut…) sambil tersenyum ramah…

Si bapak botak pun nanya2 lagi.

“kok kagak nongkrong sama klub vespa bung? Kan hari malam mingguan?”

“lagi absen pak! Malam minggu kali ini cuman pengen ngabisin sambil gambar2” sembari ngeluarin peralatan gambar gw dari dalam tas yang gw jingging sedari tadi..

“ohwww, tugas kuliah opo?”

“kagak pak, cuman iseng iseng berhadia aja”

“loh, emang bung mau gambar apaan kalo boleh tahu?”

“gambar sketsa biasa sajjah pak, ini ada project dari kawan katanya pengen digambarin ceweknya. Kan lumayan pak di kasi sebungkus rokok”.

“wah, kalo begitu tetap semangat lah bung”.

“yoi dong pak!”

Si bapak botak pun kembali ngobrol dengan kawannya yg cuman melongok senyam senyum meliat gw ngobrol dengan kawan ngobrolnya.

Kertas sketsa gw udah siap, pensil 2b gw udah kagak sabar pengen mengoras gores. Kopi Dewa yang di bawa ama pelayan juga udah tidak sabar gw seruput, namun didahului oleh sebatang rokok udah mulai mengepul diseantero muka gw, mencari cari dimanakah mood dan inspirasi itu berada. Tanpa aba aba terlebih dahulu mulailah dengan khidmat gw menggambar.

Baru 20 menitan gw menggambar, dan baru setengah dari gambar sketsa gw selesai, rokok udah sebatang ludes, dan kopi baru 5 kali gw seruput. Secara kagak disangkah sangkah gw mendengar obrolan menarik antara bapak botak dengan kawannya yang kebetulan duduk di meja dekat meja tempat gw menggambar. Kira kira begini pernyataan dari bapak botak itu.

“hmmm, apa yang jadinya jikalau generasi muda sekarang ini sampai kekurangan kopi”

“kira kira bakal kurang generasi muda yang sukarela dan dengan bangga bermaksud ingin membuat negara menjadi lebih baik, dimana negara kita ini semakin terpuruk dalam ruang lingkup keterpurukan.”

Heh? Gw melongok kagak ngerti… *&^%$#@

Kira kira apa hubungannya kopi dengan keterpurukan bangsa? Belum sedetik gw berpiki lebih lanjut akan hubungannya antara kekurangan kopi dan bangsa Indonesia yang sedang terpuruk. Teman ngobrol dari bapak botak pun langsung melanjutkan jawaban dari pernyataan bapak botak.

“coba bayangin kalo negara kekurangan kopi, maka akan banyak kedai kopi yang tutup, dan kalo kita cukup teliti mengamati dengan seksama maka akan kita dapatkan para mahasiswa dengan jurusan yang saling berbeda ataupun satu jurusan, jurusan apapun itu, dengan secangkir kopi yang membuat mata melek dan pikiran melayang jauh ke mana mana, secara tak langsung saling bercerita akan pekerjaan apa yang bakal mereka teruskan nantinya dikala selesai kuliah”

Dan bapak botak melanjutkan…

“dan dikala cita cita secara tak langsung sudah diutarakan bersama kawan2, maka itu pun akan menjadi tonggak awal dari sebuah kesuksesan, ingat peribahasa yang mengatakan mulailah segala sesuatu dengan perencanaan…”

Temannya bapak botak menyambar dengan kata kata bijak pula…

“cerita tuka cerita menghasilkan berbagai macam ide untuk menjadi lebih baik, maupun hanya obrolan atau diskusi kecil kecilan di kedai kopi ditemani secangkir kopi yang semakin memperseru obrolan dikala mata seharusnya lelah telah menjalani pagi hingga sore menjelang dengan aktifitas kuliah dan berbagai macam hal yang tidak bisa dilakukan pada siang hari yaitu ngobrol ngalur ngidul kata orang jawa yang artinya ngomong yang menjalar kemana mana”

Bapak botak kembali beraksi dengan kata katanya…

“yah betul… ngobrol ngalur ngidul itu bisa ngabisin waktu yg tak seharusnya dilakukan kala beraktifitas, seperti kuliah ato kerja, karna kalo kuliah yg diomongin yah tentang pelajaran dan pelajaran, dan kalo kerja yah seputar kerja dan kerja… dan biar bagaimana pun tetap dan bahkan perlu ngomong ngalur ngidul itu ada… dan malam hari adalah waktu yang tepat… ditemani kopi sebagai penyemangat”

Hmmm, betul juga se menurut gw itu penting. Dan memang sebagai mahasiswa sulit membagi waktu ngobrol dikala pagi menjelang sore dikala aktifitas kuliah numpuk2, pasti dibatasi dengan tugas ini lah, ataupun jadwal kuliah, dan kalau dilakukan malam hari kayaknya pas sekali. Bercerita seputar pelajaran pada malam hari pun sebenarnya bagus dan tepat sekali, disamping sengatan sinar matahari begitu membuat otak menjadi encer dan sulit berfikir, rembulan dimalam hari membuat otak menjadi tenang dan semilir angin malam tambah mempersyahdu pikiran pikiran jernih keluar. Ditambah dengan kopi… euyyyy maknyuzzz tenannn…

Jadi kesimpulan dari obrolan bapak botak dan temannya bercerita akan jadi sia sia pikiran jernih para generasi muda dikala saatnya malam tiba untuk bercerita dan bertukar pikiran seputar dan tentang apapun jadi terhambat karena adanya ngantuk dan rasa lelah beraktifitas selama seharian dan susah ditahan tanpa adanya bantuan dari sang kopi.

Tak disangkah dan tak diduga pagi pun menjelang dengan cepatnya. Sketsa gw udah kelar dari tadi, ditambah satu buah puisi yang berjudul “Ningratri” (mungkin bakal gw posting pada postingan berikutnya).

Kira kira beginilah cerita tentang kedai kopi ningratri yang buka 24 jam non-stop meladeni para pecinta kopi. Yang akhir2 ini menjadi tempat kunjungan favorite gw untuk mencari inspirasi dikala ada project menggambar ataupun untuk merampungi project pembuatan buku puisi gw.


Walekumsalam...

No comments: