Tak dapatkah kau tertawa lepas seperti kemarin waktu kita pertama kali bertemu? Tanpa ada harapan bahwa nantinya kita akan berkenalan dengan cara yang aneh, bertukaran cerita tentang riwayat hidup kita masing-masing. Tentang kau yang ingin merenggut bintang dan menjadikan mereka sebagai lampu tidurmu, dan tentang aku yang kau bilang bahwa lebih cocok menjadi seperti boneka robot beruang yang senangnya berceloteh panjang lebar, tanpa ada fokus cerita tentang apa dan tampak dari wajahmu yang selalu tertawa melihat caraku berbicara seperti tanpa ada koma dan titik. Intonasi tawamu sekarang hambar, bukan karena kau tengah dirundung masalah, seperti waktu buku catatan harianmu yang hilang di atas bus kopata itu. Bukan juga seperti waktu kau tak sempat memberikan uang receh pada seorang nenek-nenek tua yang tengah menggendong cucunya mengemis di depanmu namun kau acuhkan.
Kini kau berubah layaknya langit yang ketika hujan berakhir maka akan ada pelangi yang datang menghias langit namun tetap mendung dan hujan kembali berjatuhan tanpa tahu kapan akan berakhir.
Sekarang sudah berlalu 6 tahun, dan masih tetap tawamu terasa hambar.
Entah mengapa, bahkan cara tertawa pun kau lupa. Kadang kau coba untuk tersenyum, namun selalu saja tatapan matamu menyiratkan kebohongan.
Jombor, Sunday, January 13th 2013
No comments:
Post a Comment