Masih nampak sama dia, si pemuda yang dari dahulu hingga sekarang masih sibuk berdiskusi dengan pikirannya sendiri. Lihat dia disana, duduk manis sambil bersandaran di bawah pohon beringin tua yang entah sudah berapa ratus tahun umurnya. Matanya nampak begitu serius mengikuti untaian kata per kata dari buku tua yang dia pegang, sepertinya itu novel dari seorang yang dia kagumi, si Leo Tolstoy.
Dia sekali waktu mengutip kata kata dari seorang yang juga menginspirasi dia, si Nietzche jika ternyata Tuhan telah mati, dan yang membunuhNya adalah kebaikan manusia yang secara tak langsung tak ada yang tulus, masih saja meminta sesuatu dibelakangnya, terimakasih lah, pandangan yang berlebihan lah, dan lain sebagainya.
Sekali waktu dia membaca buku yang didalamnya ada kata "cogito ergo sum" dan dia pun mulai mengangguk ngangguk, mengamati sekitar dan kemudian mengguman dengan penuh ceria arti dari tulisan itu, "aku berfikir maka aku ada", kemudian dia lanjutkan berkata kalau si penulis kata kata itu yakni Rene Descartez adalah seorang panutan yang layak diperhitungkan.
Tiap ada kata kata baru yang dia dapatkan dalam tiap buku yang dia baca, maka dia pun akan segera mengaplikasikan kata kata tersebut dalam kehidupannya. Pertama dia mencari logika dalam tiap kata, mendefinisikan, dan diterapkan. Entahlah, cerita tentang dia mengingatkan aku pada Don Quixote. Sekali waktu aku bertanya mengapa dan apa yang dia cari dari buku?
"aku ingin menjelajahi waktu" katanya
"aku tak ingin tunduk pada waktu" lanjutnya
"aku ingin tahu semua hal" sekali lagi dia menjawab
"aku ingin hidup seribu tahun lagi" dan ketika dia mengucapkan kalimat terakhir ini, aku sudah tahu kalau dia juga terinspirasi pada si Chairil Anwar.
Sunday, Januari 20, 2013, Jombor Station
No comments:
Post a Comment