Masih seputar kata-kata yang berputar-putar seperti kincir angin, mengiangkan roman absurd seputar kenangan, kerinduan akan belai lembut embun dan bisik lirih dedaunan, seolah tengah menyatu dengan detail kecil yang selalu terlupa.
Rintih kendaraan di kota begitu bising dan caruk maruk, suara sirine, gerigi mesin, klakson, teriak caci maki, ah muak.
Tak ada lagi tersisa hiburan di kota, jalanan terlalu luar biasa, mata dan hati lelah, aku punya pilihan antara tidur 48 jam atau ke gunung dan tersenyum disana.
Mendengar dongeng gemericik air mengalir, suguhan manja warna hijau yang ada sepanjang mata memandang, ah kota takkan merindukanku jika aku pulang agak lama, ah kota terlalu luar biasa, ah kota takkan kehilangan aku bahkan jika aku tak pulang-pulang.
Jogja, 2 Februari 2014, 11:20
No comments:
Post a Comment