Disana dia
bersinar, jauh diatas sana
hingga hanya mata saja yang mampu menggapainya, berjuta cahaya jaraknya. Aku
hanya berharap dapat memilih satu diantara mereka, memilih secara acak, siapa
pun mereka jika nanti dapat kesempatan untuk kumiliki salah satunya, ya hanya
satu, maka akan kupertahankan bagaimana pun caranya.
Kini ada satu
diantaranya yang datang, tak aku tahu, kenal pun hanya sekedar lewat, namun aku
suka. Kesukaan berubah pada rasa aneh yang mungkin dapat dikatakan sayang, aku
hendak menjaganya, memberi ruang dan waktu diantara aku dan dia, aku ingin dia
bahagia, paling tidak bahagia semenjak kenal denganku.
Waktu berjalan
begitu cepat dan tak terasa sudah berjalan dua bulan sekarang, aku dan dia
menjalin hubungan sederhana yang kami sepakati bernama ‘simplest love’, tak ada
rahasia diantara kita, universe akan menjadi saksi bahwa kami saling
mempercayai satu sama lain. Aku dan bintang kecilku, mengarungi dan mencari
titik sambung antara kita berdua, selalu begitu hingga sekarang, kadang ada hal
yang membuat kami merasa terlalu jauhsatu sama lain untuk dapat terkait, namun
kami coba tuk mengaburkannya dan menganggapnya bukan sebuah masalah.
Semua hal
tercipta berbeda, paling tidak nampak berbeda untuk indera, jika perbedaan yang
kita cari dalam hidup yang hanya sekali ini, maka akan tampak begitu banyak
perbedaan, dan apa jadinya jika perbedaan yang kita cari? Maka hanya perpisahan
juga yang akan ditemukan.
Kemarin sebelum
bertemu dengan dia, aku namakan dia bintang kecil, aku bagai mata kompas yang
tak tahu arah dan terus berputar tak jelas hendak menunjukkan arah mana, entah
itu timur atau barat, selatan atau utara, entahlah. Dia datang, senyumannya
memberiku arah berupa alasan, alasan mengapa dan untuk apa, siapa dan kapan,
dimana hendak memulainya, memulai untuk mewujudkan mimpi-mimpiku yang
sebelumnya hendak aku lupakan. Cahaya di matanya cukup untuk membuatku merasa
begitu penting, keberadaanku dianggap, perhatiannya membuatku luluh, atau
mungkin apa yang aku rasakan hanyalah uforia rasa senang karena akhirnya rasa
kesepian yang lama menyelimuti perlahan memudar, aku tak begitu memikirkannya.
Jika pun masa
depan memberikan hal lain, maksudku jika nanti kami tak bersama maka biarlah
sekarang aku jalani dengan kebahagiaan, aku berikan semuanya pada dia, aku
percaya akan takdir, lagi pula siapa yang dapat memastikan seperti apa masa
depan nantinya jika bukan diri kita sendiri?
Setelah dua
bulan berjalan, aku masih tetap percaya bahwa cahaya yang dia bawa dalam
kehidupanku akan bertahan selamanya. Semoga waktu, alam semesta beserta isinya
membantu mewujudkannya, dan tentu tanpa restu dari Sang Pencipta penguasa alam
semesta, penguasa waktu maka semuanya takkan ada artinya. With love to you my
Little Star in this World aka Lintang Alit Pratiwi.
Ciputat, Juni 04,
2013, 20:09