Kupijak kakiku disini, aku pun kencing dan berak dimana-mana, tak ada aturan pikirku, aku Tuhan untuk diriku, aku binatang yang berwujud manusia, hanya tampilan saja, otakku tak ada, hatiku tak usah ditanya, aku malah baru saja tahu kalau aku punya perasaan.
Setelah mereka mulai bercerita ketelingaku lewat bisik dedaunan rimbun yang dibuai angin, nyanyian lirih ombak yang menghantam karang, gemericik air bening yang mengalir melewati bebatuan, hujan yang perlahan jatuh beriringan, aku tak pernah lagi merasa kesepian setelah itu, reaksi bodoh yang kulakukan waktu menjadi binatang dulu sudah terasa begitu menjijikkan, aku bangun sekarang, ketika dilaut aku tutup mata maka ombak dan tiupan angin seolah merasuk dalam tiap tarikan nafasku, aku bagian kecil dari mereka, alam, gunung dan lautan, bumi.
Suasana kota yang dulu ku idamkan, kini menyesakkan, bunyi kendaraan, klakson dan tarikan gas yqng berlebihan membuyarkan imajinasiku, aku muak dengan kota, aku muak dengan manusia yang ada di kota, aku muak dengan basa-basi serta sopan-santun yang penuh intrik.
Bumi kini sedih, keriput semakin banyak di wajahnya, gunung-gunung mulai meletus dimana-mana, udara semakin panas, kesejukan menjadi barang langkah, ah bumi, bumi kita.
Selamat hari bumi.
24 April 2014
22:02
No comments:
Post a Comment